advertisement
Napak Tilas Sejarah Nusantara di Candi Brahu - Menelusuri misteri sejarah Nusantara di masa lalu memang sangat menarik dan menyenangkan untuk dilakukan. Dengan melihat berbagai saksi sejarah yang ditemukan, Anda tentunya akan semakin memahami perjalanan Nusantara dari dulu hingga kini. Nah, salah satu sumber wawasan sejarah tersebut terdapat di Candi Brahu, bekas peninggalan Kerajaan Majapahit, yang terletak di desa Bejijong, kecamatan Trowulan, dan berada di kota Mojokerto, Jawa Timur. Sebuah candi yang menjulang tinggi sepanjang 25,7 m ini sangat menarik untuk dilihat. Candi yang bisa Anda tempuh dari Museum Trowulan ini merupakan salah satu peninggalan dari Kerajaan Majapahit yang tersebar di kecamatan Trowulan, yang ternyata merupakan ibukota Majapahit waktu itu, dan dibangun oleh Raden Wijaya.
Candi ini memiliki denah persegi dengan tinggi 25,7 m dengan lebar 20,7 m. Candi Brahu terbuat dari bata merah seperti kebanyakan candi-candi yang ditemukan di Trowulan, namun saat ini tidak semua batanya masih asli karena proses pemugaran atau perbaikan yang dilakukan pada tahun 1920 oleh Belanda. Candi ini pun memiliki lantai yang rusak dan belum dilanjutkan pemugarannya, karena hingga saat ini penelitian mengenai bentuk asli candi masih dilakukan, ditambah dengan beberapa bagian candi yang hilang atau belum ditemukan. Anda bisa menaiki candi yang bertingkat dua ini melalui tangga bagian barat candi atau selasar.
Jika dilihat dari struktur bangunannya yang terpisah antara dengan kaki candi, diduga candi ini berdiri di atas sebuah bangunan yang sudah dibangun sebelumnya. Candi yang menghadap ke arah barat ini tidak memiliki relief, motif atau ciri khas lain pada bangunan yang menunjukkan suatu budaya. Namun karena atap candi yang berbentuk lingkaran dan tidak utuh lagi, diduga kuat bahwa ruang kosong tersebut merupakan arca atau stupa yang hilang. Hal ini berarti, Candi Brahu berlatar belakang Buddha.
Tahun dibangunnya Candi Brahu ini dihubungkan dengan sebuah prasasti yaitu Prasasti Alasantan dari Raja Mpu Sendok pada tahun 939 atau sekitar abad ke-10 Masehi yang ditemukan di sekitar lokasi Candi Brahu. Di dalam prasasti tersebut, diceritakan tentang sebuah bangunan suci yang dinamakan Waharu, lalu berubah pengucapan menjadi Brahu. Prasasti ini lalu menguatkan fakta bahwa Candi Brahu merupakan candi tertua yang ada di kawasan Trowulan.
Tahun dibangunnya Candi Brahu ini dihubungkan dengan sebuah prasasti yaitu Prasasti Alasantan dari Raja Mpu Sendok pada tahun 939 atau sekitar abad ke-10 Masehi yang ditemukan di sekitar lokasi Candi Brahu. Di dalam prasasti tersebut, diceritakan tentang sebuah bangunan suci yang dinamakan Waharu, lalu berubah pengucapan menjadi Brahu. Prasasti ini lalu menguatkan fakta bahwa Candi Brahu merupakan candi tertua yang ada di kawasan Trowulan.
Selain sebagai tempat pemujaan dan tempat penyimpanan benda-benda bersejarah, misteri yang menyelubungi candi ini adalah dugaan bahwa candi ini dulunya juga digunakan sebagai tempat pembakaran mayat dan tempat penyimpanan abu jenazah. Dugaan ini didukung dengan penemuan sisa abu dan arang yang berada di antara struktur bata pada bilik candi. Selain itu, ruang bilik pada candi kosong, sehingga dugaan bahwa bilik tersebut mungkin adalah ruang pembakaran mayat dan penyimpanan abunya menjadi semakin kuat. Walaupun menurut BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) di Yogyakarta penemuan abu dan arang tersebut hanya penanggalan radio karbon yang berasal dari tahun 1410-1646, namun warga setempat tetap meyakini candi ini sebagai tempat pembakaran mayat atau perabuhan.
Pada komplek Candi Brahu ini, telah ditemukan beberapa benda bersejarah yang diduga hanya dimiliki oleh bangsawan atau keluarga kerajaan pada masa itu. Benda-benda yang berupa prasasti, arca Buddha serta berbagai benda yang terbuat dari emas dan perak tersebut kemudian disimpan di Museum Nasional Jakarta. Hasil penelitian sementara menduga bahwa terdapat beberapa candi yang hilang atau masih belum ditemukan di sekitar Candi Brahu.
Pada komplek Candi Brahu ini, telah ditemukan beberapa benda bersejarah yang diduga hanya dimiliki oleh bangsawan atau keluarga kerajaan pada masa itu. Benda-benda yang berupa prasasti, arca Buddha serta berbagai benda yang terbuat dari emas dan perak tersebut kemudian disimpan di Museum Nasional Jakarta. Hasil penelitian sementara menduga bahwa terdapat beberapa candi yang hilang atau masih belum ditemukan di sekitar Candi Brahu.
advertisement
Tag :
wisata sejarah
0 Komentar untuk "Napak Tilas Sejarah Nusantara di Candi Brahu"