advertisement
Menapaki Jejak Sejarah Nusantara di Candi Sojiwan - Sebelum membaca artikel ini, mungkin Anda belum pernah mendengar candi ini sama sekali. Ya, Candi Sojiwan yang terletak di kabupaten Klaten ini memang tidak terkenal, apalagi jika disandingkan dengan Candi Prambanan atau Candi Borobudur. Namun jangan salah, Candi Sojiwan pun memiliki keindahan khasnya dengan komplek candi yang tertata rapi, terawat dengan baik dan sangat asri dengan rerumputan hijaunya dan pepohonan serta bentangan langit yang indah.
Candi Sojiwan semakin terlihat megah berdiri di tengah-tengah komplek Candi Sojiwan ini. Letaknya yang terpencil, yaitu di belakang perkampungan warga sehingga tidak luput dari jalan raya membuat candi ini tidak banyak dikunjungi wisatawan. Padahal, Anda juga bisa berwisata sejarah di sini untuk menikmati bangunan candi yang cantik dan menawan. Candi Sojiwan ini terbilang 'anak baru' dibanding candi-candi lainnya yang sudah diresmikan lebih dulu.
Candi Sojiwan baru diresmikan pada bulan Desember tahun 2011 lalu oleh Mohammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sehingga kondisinya masih terpelihara dengan baik, dan diharapkan akan terus terjaga sampai nanti. Candi Sojiwan pertama kali ditemukan oleh Colin Mackenzie, seorang kolonel utusan Raffles pada tahun 1813. Kondisi candi saat pertama kali ditemukan hanya berdiri separuhnya saja, sehingga terlihat seperti tumpukan bebatuan. Baru pada tahun 1996, upaya pemugaran pun dilakukan untuk merestorasi bangunan candi. Namun sayangnya, bencana gempa bumi di Yogyakarta pada tahun 2006 lalu meruntuhkan bangunan candi yang sedang dipugar. Akhirnya bangunan candi dibongkar ulang dan dilakukan rekonstruksi kembali hingga akhirnya selesai pada tahun 2011.
Candi Sojiwan semakin terlihat megah berdiri di tengah-tengah komplek Candi Sojiwan ini. Letaknya yang terpencil, yaitu di belakang perkampungan warga sehingga tidak luput dari jalan raya membuat candi ini tidak banyak dikunjungi wisatawan. Padahal, Anda juga bisa berwisata sejarah di sini untuk menikmati bangunan candi yang cantik dan menawan. Candi Sojiwan ini terbilang 'anak baru' dibanding candi-candi lainnya yang sudah diresmikan lebih dulu.
Candi Sojiwan baru diresmikan pada bulan Desember tahun 2011 lalu oleh Mohammad Nuh, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sehingga kondisinya masih terpelihara dengan baik, dan diharapkan akan terus terjaga sampai nanti. Candi Sojiwan pertama kali ditemukan oleh Colin Mackenzie, seorang kolonel utusan Raffles pada tahun 1813. Kondisi candi saat pertama kali ditemukan hanya berdiri separuhnya saja, sehingga terlihat seperti tumpukan bebatuan. Baru pada tahun 1996, upaya pemugaran pun dilakukan untuk merestorasi bangunan candi. Namun sayangnya, bencana gempa bumi di Yogyakarta pada tahun 2006 lalu meruntuhkan bangunan candi yang sedang dipugar. Akhirnya bangunan candi dibongkar ulang dan dilakukan rekonstruksi kembali hingga akhirnya selesai pada tahun 2011.
Candi berlatar belakang Budha ini diperkirakan dibangun pada abad ke-8, tepatnya pada masa kerajaan Mataram Kuno. Hal ini diketahui dari beberapa prasasti (yang kini berada di Museum Nasional Republik Indonesia), yang menceritakan tentang Candi Sojiwan. Prasasti tersebut juga menceritakan tentang upacara peresmian perbaikan Desa Rukam yang sebelumnya terkena bencana letusan gunung berapi oleh Nini Haji Rakryan Sanjiwana. Candi Sojiwan kemudian dibangun oleh Raja Balitung, yang merupakan cucu dari pahlawan Desa Rukam tersebut, untuk neneknya yang beragama Budha. Sebagai balasan atas jasa Nini Haji RakryanSanjiwana tadi, warga desa kemudian diberi kewajiban untuk memelihara sebuah bangunan suci (Candi Sojiwan).
Nama Candi Sojiwan juga diambil dari nama pahlawan desa Rukam tersebut. Candi Sojiwan juga menunjukkan toleransi antar agama pada masa lalu, karena bangunan candi ini dibuat dengan latar belakang agama Budha sebagai persembahan untuk Nini Haji Rakryan Sanjiwana yang juga beragama Budha, namun dibangun oleh Raja Balitung, cucunya, yang ternyata beragama Hindu. Bangunan candi ini terbilang unik, karena jika dilihat, bangunan Candi Sojiwan seperti hasil perkawinan antara Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Di satu sisi, bangunan Candi Sojiwan menjulang tinggi dengan bagian atap yang menyerupai piramid seperti Candi Prambanan, namun di sisi yang lain, candi ini memiliki stupa-stupa di bagian atas bangunannya. Mungkin latar belakang agama antara cucu dan nenek dari Candi Sojiwan ini menjadi salah satu alasan di balik bentuk unik ini.
Nama Candi Sojiwan juga diambil dari nama pahlawan desa Rukam tersebut. Candi Sojiwan juga menunjukkan toleransi antar agama pada masa lalu, karena bangunan candi ini dibuat dengan latar belakang agama Budha sebagai persembahan untuk Nini Haji Rakryan Sanjiwana yang juga beragama Budha, namun dibangun oleh Raja Balitung, cucunya, yang ternyata beragama Hindu. Bangunan candi ini terbilang unik, karena jika dilihat, bangunan Candi Sojiwan seperti hasil perkawinan antara Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Di satu sisi, bangunan Candi Sojiwan menjulang tinggi dengan bagian atap yang menyerupai piramid seperti Candi Prambanan, namun di sisi yang lain, candi ini memiliki stupa-stupa di bagian atas bangunannya. Mungkin latar belakang agama antara cucu dan nenek dari Candi Sojiwan ini menjadi salah satu alasan di balik bentuk unik ini.
Hal menarik lain yang dapat Anda peroleh di sini adalah cerita fabel sarat pesan moral yang dituangkan dalam ukiran relief-relief pada bagian kaki candi. Terhitung ada 12 adegan cerita fabel Pancatantra yang dapat Anda ikuti ceritanya ke arah selatan. Beberapa di antaranya adalah potongan kisah Dhawalamukha, cerita tentang perlombaan antara burung garuda dan kura-kura (yang juga diceritakan dalam kitab Tantri), cerita kera dan buaya yang juga disebut sebagai Sumsumara, dan cerita lainnya. Sayangnya, relief-relief yang menceritakan berbagai fabel ini kini dalam kondisi yang sudah aus dan tidak sedikit yang rusak, sehingga diganti dengan batuan polos.
Untuk memasuki komplek Candi Sojiwan, Anda tidak perlu membayar tiket masuk resmi, hanya wajib mengisi buku tamu saja dan membayar seikhlasnya.
advertisement
Tag :
wisata sejarah
0 Komentar untuk "Menapaki Jejak Sejarah Nusantara di Candi Sojiwan"