advertisement
Napak Tilas Sejarah Agama Hindu di Candi Jabung - Jika sebelumnya Anda sudah pernah mendengar tentang Candi Bahal, candi ini adalah candi yang mirip dengan candi tersebut. Candi Jabung memiliki struktur bangunan candi yang hampir sama dengan Candi Bahal yang berada di Sumatera Utara. Bedanya, Candi Jabung ini terletak di desa Jabung, Probolinggo, Jawa Timur. Satu lagi peninggalan sejarah yang berdiri di tanah Jawa, di antara sekian banyak candi dan prasasti yang ditemukan di sana. Candi ini berlatar belakang Hindu, dan kemiripannya dengan Candi Bahal juga terletak dari bata merah yang menjadi bahan dasar bangunan candi. Nama asli candi ini sebenarnya adalah Bajrajinaparamitapura atau Candi Kalayu, seperti yang disebutkan dalam kitab agama Budha, Nagarakertagama.
Menurut kitab tersebut pula, Candi Jabung pernah disambangi oleh Raja HayamWuruk saat kunjungannya ke Jawa Timur di tahun 1359 Masehi. Sedangkan pada kitab agama Budha Paraton, candi ini disebut sebagai Sajabung yang merupakan tempat pemakaman dan tempat pemujaan untuk BhreGundal, yakni seorang wanita yang masih keluarga raja Hayam Wuruk.
Candi ini diperkirakan dibangun pada masa kerajaan Majapahit tepatnya pada tahun 1354 Masehi saat pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Kemudian ditemukan kembali pada tahun 1978, di mana kondisi candi masih memprihatinkan. Selang beberapa tahun, pemerintah setempat mulai melakukan upaya pemugaran tepatnya pada tahun 1980 yang kemudian diselesaikan pada tahun 1986. Nama Jabung sendiri berasal dari nama desa dengan nama yang sama, tempat berdirinya candi ini, yakni desa Jabung.
Menurut kitab tersebut pula, Candi Jabung pernah disambangi oleh Raja HayamWuruk saat kunjungannya ke Jawa Timur di tahun 1359 Masehi. Sedangkan pada kitab agama Budha Paraton, candi ini disebut sebagai Sajabung yang merupakan tempat pemakaman dan tempat pemujaan untuk BhreGundal, yakni seorang wanita yang masih keluarga raja Hayam Wuruk.
Candi ini diperkirakan dibangun pada masa kerajaan Majapahit tepatnya pada tahun 1354 Masehi saat pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Kemudian ditemukan kembali pada tahun 1978, di mana kondisi candi masih memprihatinkan. Selang beberapa tahun, pemerintah setempat mulai melakukan upaya pemugaran tepatnya pada tahun 1980 yang kemudian diselesaikan pada tahun 1986. Nama Jabung sendiri berasal dari nama desa dengan nama yang sama, tempat berdirinya candi ini, yakni desa Jabung.
Candi Jabung sebenarnya terdiri dari dua buah bangunan candi, bangunan utama candi dan satu bangunan candi kecil yang disebut Candi Sudut. Uniknya, walaupun Candi Jabung terbuat dari bata merah, bangunan ini mampu bertahan selama ratusan tahun. Candi Jabung berdiri di atas lahan seluas 35 m x 40 m. Candi ini memiliki denah bangunan berbentuk persegi panjang, dengan ukuran 13 m untuk panjang, dan 9,6 m untuk lebarnya. Sedangkan candi ini berdiri menjulang setinggi 16,2 m. Maka itu, candi ini terlihat berdiri gagah dan sangat indah melihat kecantikannya dari dekat. Arsitektur bangunannya sendiri terbilang menarik.
Bangunan candi bagian kaki berbentuk persegi tiga yang terdiri dari tiga tingkat, lalu berdiri di atasnya bagian tubuh candi yang berbentuk bulat. Atap bangunan candi sendiri berbentuk dagoda atau memiliki stupa, namun sayangnya stupa pada atap sudah runtuh, sehingga yang tersisa hanya tatakan atau tepian atapnya saja.Pada bagian pintu bangunan candi, tepatnya di bagian atas bingkai pintu, terdapat pahatan roset yang bertuliskan angka tahun 1276 saka atau sama dengan 1345 Masehi yang menjadi bukti dari tahun pembangunan Candi Jabung.
Bangunan candi bagian kaki berbentuk persegi tiga yang terdiri dari tiga tingkat, lalu berdiri di atasnya bagian tubuh candi yang berbentuk bulat. Atap bangunan candi sendiri berbentuk dagoda atau memiliki stupa, namun sayangnya stupa pada atap sudah runtuh, sehingga yang tersisa hanya tatakan atau tepian atapnya saja.Pada bagian pintu bangunan candi, tepatnya di bagian atas bingkai pintu, terdapat pahatan roset yang bertuliskan angka tahun 1276 saka atau sama dengan 1345 Masehi yang menjadi bukti dari tahun pembangunan Candi Jabung.
Pada bagian tubuh candi, terpahat ukiran-ukiran yang bersifat Syiwaistik, dilihat dari cerita tentang Sri Tanjung yang terdapat pada ukiran tersebut. Sri Tanjung sendiri adalah sebuah legenda tentang dewi yang sangat cantik dan adalah istri dari Raden Sidapaksa. Legenda ini menceritakan tentang kisah Sri Tanjung yang setia kepada suaminya, namun berakhir dengan kematiannya.
Setelah terbukti tidak bersalah, para dewa kemudian mengembalikan kembali jiwa Sri Tanjung hingga dirinya hidup kembali dan tinggal di kediamannya sebelum menikah. Suaminya yang ingin rujuk pun mendapat syarat untuk membunuh dan menjadikan rambut pemfitnahnya sebagai keset untuk Sri Tanjung. Setelah syarat tersebut terlaksana, Sri Tanjung dan suaminya pun kembali hidup bahagia bersama. Selain terpahat di Candi Jabung, relief cerita Sri Tanjung ini juga dapat Anda lihat di Candi Surawana di Kediri dan Candi Penataran di Blitar.
Setelah terbukti tidak bersalah, para dewa kemudian mengembalikan kembali jiwa Sri Tanjung hingga dirinya hidup kembali dan tinggal di kediamannya sebelum menikah. Suaminya yang ingin rujuk pun mendapat syarat untuk membunuh dan menjadikan rambut pemfitnahnya sebagai keset untuk Sri Tanjung. Setelah syarat tersebut terlaksana, Sri Tanjung dan suaminya pun kembali hidup bahagia bersama. Selain terpahat di Candi Jabung, relief cerita Sri Tanjung ini juga dapat Anda lihat di Candi Surawana di Kediri dan Candi Penataran di Blitar.
advertisement
Tag :
wisata sejarah
0 Komentar untuk "Napak Tilas Sejarah Agama Hindu di Candi Jabung"