advertisement
Menelusuri Jejak Sejarah Nusantara: Candi Barong - Salah satu candi yang berada di Yogyakarta adalah Candi Barong. Candi yang bercorak agama Hindu ini berada di Yogyakarta, tepatnya di desa Bokoharjo, Sleman. Jika Anda pernah mendengar tentang komplek Ratu Boko, candi ini terletak tidak jauh dari sana dan masih berada pada perbukitan yang sama yaitu Batur Agung, tepatnya di sebelah tenggara komplek Ratu Boko. Candi ini juga berlokasi tidak jauh dari beberapa candi lain di sana, seperti Candi Banyunibo, Candi Ijo, Candi Miri, Candi Sumberwatu dan Candi Dawangsari. Candi Barong ditemukan pertama kali pada tahun 1913 oleh seorang berkebangsaan Belanda saat tengah memperluas perkebunan tebunya. Saat pertama kali ditemukan, candi ini hanya berbentuk reruntuhan dan sangat sulit untuk melihat bentuk aslinya. Kemudian dilakukanlah upaya pemugaran Candi Barong pada tahun 1987, yang lalu diselesaikan pemugaran candi induknya pada tahun 1992 dan dilanjutkan pemugaran pada talud dan pagar candinya.
Candi Barong berlatar belakang Hindu, dan dibangun pada abad ke-9 atau abad ke-10, tepatnya pada masa Kerajaan Medang saat periode Mataram. Candi ini berundak atau berbentuk tingkatan, yang terbagi dalam tiga tingkat. Pada tingkat pertama, Anda hanya akan menemukan bekas bangunan berupa lantai atau umpak. Sudah tidak ada bangunan candi yang berdiri pada tingkatan pertama.
Pada bagian atau tingkat pertama ini Anda akan dikelilingi oleh garis batu. Memasuki tingkat kedua, Anda akan berada di sebuah area terbuka yang cukup luas. Pada bagian ini Anda juga tidak akan menemukan bangunan candi, melainkan hanya landasan oktagonal yang kemudian disebut sebagai teras daerah semi-profan. Sebelum memasuki tingkat ketiga atau bagian tertinggi Candi Barong, Anda akan melewati sebuah gerbang paduraksa yang terbuat dari batu andesit dan mengapit tangga menuju tingkat ketiga.
Pada bagian tertinggi dari Candi Barong ini, Anda akan menemukan dua bangunan candi untuk pemujaan. Tak heran, jika tingkat ketiga ini dianggap menjadi kawasan suci. Kedua bangunan ini diduga menjadi tempat pemujaan untuk Dewa Wisnu (dewa pemelihara alam semesta) dan Dewi Sri (dewi kemakmuran pertanian) yang sering dikenal juga sebagai laksmi dan merupakan istri dari Dewa Wisnu. Selain memang ditemukannya arca Dewa wisnu dan Dewi Sri, hal lain yang menguatkan fakta bahwa candi ini merupakan tempat pemujaan Dewa dan Dewi tersebut adalah ornamen unik yang ditemukan pada bangunan candi, yaitu berupa relief Ghana yang bersayap Sankha.
Ghana yang bersayap Sankha merupakan sebuah simbol lain dari Dewa Wisnu. Kedua bangunan candi inilah yang menjadi sisi unik dari Candi Barong. Umumnya, candi-candi yang dibangun di dataran Jawa Tengah sifatnya Syiwaistis atau memuja Dewa Syiwa, namun Candi Barong merupakan tempat pemujaan bagi Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Selain itu, bentuk bangunan candi yang berundak juga dipandang unik karena berbeda dengan bangunan candi lain pada masa Medang, di mana bangunan utama candi berada di pusat komplek candi atau berpusat. Dibangunnya candi ini diduga karena memiliki fungsi tertentu, dengan melihat Dewi Sri sebagai salah satu Dewa yang dipuja.
Warga setempat diduga memuja Dewi Sri yang merupakan dewi kesuburan untuk memohon kesuburan pada tanah di sekitarnya yang diduga kurang subur atau gersang. Kedua bangunan utama candi memiliki ukuran sekitar 8,18 m x 8,18 m dan mempunyai tinggi sekitar 9 m. Kedua bangunan candi ini tidak memiliki pintu masuk, jadi Anda tidak bisa memasuki candi tempat pemujaan ini. Karena tidak adanya pintu masuk, diperkirakan upacara pemujaan dilakukan di luar bangunan candi.
Arca atau patung Dewa Wisnu dan Dewi Sri serta arca Ganesha ditemukan saat pemugaran dilakukan. Selain itu, ditemukan juga peripih kotak yang berasal dari batu putih dan batu andesit, yang di dalam salah satunya terdapat lembaran perak dan emas dengan tulisan di dalamnya. Namun sayangnya tulisan tersebut sudah tidak dapat terbaca. Beberapa perlengkapan rumah yaitu guci, mangkuk keramik, sendok dan mata panah juga ditemukan saat pemugaran. Namun Anda tidak dapat melihatnya secara langsung di Candi Barong, karena semua peninggalan bersejarah tersebut sudah disimpan rapi di Balai Konservasi Arkeologi untuk dilestarikan.
Pada bagian atau tingkat pertama ini Anda akan dikelilingi oleh garis batu. Memasuki tingkat kedua, Anda akan berada di sebuah area terbuka yang cukup luas. Pada bagian ini Anda juga tidak akan menemukan bangunan candi, melainkan hanya landasan oktagonal yang kemudian disebut sebagai teras daerah semi-profan. Sebelum memasuki tingkat ketiga atau bagian tertinggi Candi Barong, Anda akan melewati sebuah gerbang paduraksa yang terbuat dari batu andesit dan mengapit tangga menuju tingkat ketiga.
Pada bagian tertinggi dari Candi Barong ini, Anda akan menemukan dua bangunan candi untuk pemujaan. Tak heran, jika tingkat ketiga ini dianggap menjadi kawasan suci. Kedua bangunan ini diduga menjadi tempat pemujaan untuk Dewa Wisnu (dewa pemelihara alam semesta) dan Dewi Sri (dewi kemakmuran pertanian) yang sering dikenal juga sebagai laksmi dan merupakan istri dari Dewa Wisnu. Selain memang ditemukannya arca Dewa wisnu dan Dewi Sri, hal lain yang menguatkan fakta bahwa candi ini merupakan tempat pemujaan Dewa dan Dewi tersebut adalah ornamen unik yang ditemukan pada bangunan candi, yaitu berupa relief Ghana yang bersayap Sankha.
Ghana yang bersayap Sankha merupakan sebuah simbol lain dari Dewa Wisnu. Kedua bangunan candi inilah yang menjadi sisi unik dari Candi Barong. Umumnya, candi-candi yang dibangun di dataran Jawa Tengah sifatnya Syiwaistis atau memuja Dewa Syiwa, namun Candi Barong merupakan tempat pemujaan bagi Dewa Wisnu dan Dewi Sri. Selain itu, bentuk bangunan candi yang berundak juga dipandang unik karena berbeda dengan bangunan candi lain pada masa Medang, di mana bangunan utama candi berada di pusat komplek candi atau berpusat. Dibangunnya candi ini diduga karena memiliki fungsi tertentu, dengan melihat Dewi Sri sebagai salah satu Dewa yang dipuja.
Warga setempat diduga memuja Dewi Sri yang merupakan dewi kesuburan untuk memohon kesuburan pada tanah di sekitarnya yang diduga kurang subur atau gersang. Kedua bangunan utama candi memiliki ukuran sekitar 8,18 m x 8,18 m dan mempunyai tinggi sekitar 9 m. Kedua bangunan candi ini tidak memiliki pintu masuk, jadi Anda tidak bisa memasuki candi tempat pemujaan ini. Karena tidak adanya pintu masuk, diperkirakan upacara pemujaan dilakukan di luar bangunan candi.
Arca atau patung Dewa Wisnu dan Dewi Sri serta arca Ganesha ditemukan saat pemugaran dilakukan. Selain itu, ditemukan juga peripih kotak yang berasal dari batu putih dan batu andesit, yang di dalam salah satunya terdapat lembaran perak dan emas dengan tulisan di dalamnya. Namun sayangnya tulisan tersebut sudah tidak dapat terbaca. Beberapa perlengkapan rumah yaitu guci, mangkuk keramik, sendok dan mata panah juga ditemukan saat pemugaran. Namun Anda tidak dapat melihatnya secara langsung di Candi Barong, karena semua peninggalan bersejarah tersebut sudah disimpan rapi di Balai Konservasi Arkeologi untuk dilestarikan.
Nama asli dari candi ini sebenarnya adalah Candi Sari Suragedug. Namun dinamakan 'barong' karena terdapat hiasan kala dan makara pada relung-relung bangunan utama candi yang mirip dengan barong. Candi Barong diceritakan dalam prasasti Ratu Boko yang tercatat pada tanggal 856 AD. Jika Anda tertarik untuk datang ke Candi Barong, Anda tidak perlu membayar biaya apa pun karena biaya masuknya gratis. Namun pemerintah sedang merencanakan pengenaan biaya retribusi pada para pengunjung dalam waktu dekat ini.
advertisement
Tag :
wisata sejarah
0 Komentar untuk "Menelusuri Jejak Sejarah Nusantara: Candi Barong"