advertisement
Menelusuri Jejak Sejarah Nusantara: Candi Sari - Yogyakarta memang sepertinya tidak pernah kehabisan bahan cerita untuk menggambarkan kehidupan yang dulu pernah ada di Nusantara. Beberapa candi dari yang megah hingga kecil ditemukan di Kota Pelajar ini, salah satunya adalah sebuah candi Buddha, Candi Sari.
Candi yang berlatar belakang agama Buddha ini ditemukan tidak jauh dari Candi Prambanan, Candi Kalasan dan Candi Sambi Sari. Candi Sari berjarak sejauh 150 m dari Candi Kalasan. Tepatnya Candi Sari ini berada di desa Bendan, Sleman, dan berada di timur laut kota Yogyakarta. Sesuai dengan desa candi ini berada, Candi Sari juga biasa disebut sebagai Candi Bendan. Menurut perkiraan, Candi Sari dibangun pada abad ke-8. Hal ini diketahui dari Prasasti Kalasa yang dibuat pada akhir abad ke-7 Masehi yang menceritakan tentang sebuah wihara (Candi Sari), di mana dalam prasasti tersebut juga diceritakan tentang pembangunan Candi Kalasan, sehingga diperkirakan kedua bangunan tersebut dibuat di zaman yang sama, atau pada abad ke-8 Masehi.
Candi Sari merupakan sebuah peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, tepatnya pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Dalam Prasasti Kalasan tadi, diceritakan bahwa Candi Sari dibangun sebagai asrama atau tempat tinggal untuk pendeta Buddha, atas saran dari penasehat keagamaan Wangsa Syailendra. Selain asrama pendeta Buddha, mereka juga menyarankan pembangunan sebuah tempat pemujaan untuk Dewi Tara, yaitu Candi Kalasan. Candi Sari ditemukan pertama kali pada tahun 1929 dengan kondisinya yang rusak berat. Upaya pemugaran pun kemudian dilakukan dari tahun 1929 hingga tahun 1930, namun ternyata candi ini dinilai belum direstorasi sempurna. Belum utuhnya bentuk asli candi ini karena banyak bagian candi yang hilang dan dimakan usia, apalagi beberapa bagian yang bukan berasal dari batu.
Candi Sari merupakan sebuah peninggalan dari Kerajaan Mataram Kuno, tepatnya pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran. Dalam Prasasti Kalasan tadi, diceritakan bahwa Candi Sari dibangun sebagai asrama atau tempat tinggal untuk pendeta Buddha, atas saran dari penasehat keagamaan Wangsa Syailendra. Selain asrama pendeta Buddha, mereka juga menyarankan pembangunan sebuah tempat pemujaan untuk Dewi Tara, yaitu Candi Kalasan. Candi Sari ditemukan pertama kali pada tahun 1929 dengan kondisinya yang rusak berat. Upaya pemugaran pun kemudian dilakukan dari tahun 1929 hingga tahun 1930, namun ternyata candi ini dinilai belum direstorasi sempurna. Belum utuhnya bentuk asli candi ini karena banyak bagian candi yang hilang dan dimakan usia, apalagi beberapa bagian yang bukan berasal dari batu.
Candi Sari memiliki bentuk persegi empat, yang berukuran 17,3 x 10 x 17 m. Bangunan candi yang memiliki ruang-ruang yang semakin menguatkan bahwa Candi Sari dulunya adalah tempat tinggal pendeta Buddha. Diperkirakan Candi Sari dulunya adalah bangunan bertingkat, di mana pada lantai atas digunakan sebagai penyimpanan barang keagamaan, sementara lantai bawah digunakan sebagai tempat kegiatan keagamaan. Anda tidak akan bisa menemukan lantai atas lagi, karena diperkirakan lantai atas terbuat dari kayu sehingga mungkin sudah hancur dimakan zaman. Tembok pada bangunan candi ini berlapis Vajralepa atau Brajalepa, yang berguna untuk melindungi serta mengawetkan batu, juga untuk memberi kesan warna cerah pada bangunan.
Candi yang menghadap ke arah timur ini memiliki tiga ruangan berjajar yang semuanya terhubung dengan pintu masuk candi. Terdapat beberapa tatakan serta relung arca pada lantai bawah, namun tidak ada arca dewa yang dapat ditemukan. Semua tatakan serta relung arca tersebut sudah kosong tanpa adanya arca. Arca-arca yang tersisa hanyalah arca yang berada di bagian luar candi, seperti Tara dan Boddhisatva, yang berjumlah 36 buah. Pada bagian atap bangunan Candi Sari, terdapat sembilan buah stupa yang mirip dengan yang dimiliki Candi Borobudur. Kesembilan stupa ini berjajar dalam tiga deret pada bagian atap candi. Stupa pada bagian atap bangunan candi, relief serta arca dewa yang ditemukan pada candi menjadi bukti kuat bahwa candi ini berlatar belakang agama Buddha.
Candi yang menghadap ke arah timur ini memiliki tiga ruangan berjajar yang semuanya terhubung dengan pintu masuk candi. Terdapat beberapa tatakan serta relung arca pada lantai bawah, namun tidak ada arca dewa yang dapat ditemukan. Semua tatakan serta relung arca tersebut sudah kosong tanpa adanya arca. Arca-arca yang tersisa hanyalah arca yang berada di bagian luar candi, seperti Tara dan Boddhisatva, yang berjumlah 36 buah. Pada bagian atap bangunan Candi Sari, terdapat sembilan buah stupa yang mirip dengan yang dimiliki Candi Borobudur. Kesembilan stupa ini berjajar dalam tiga deret pada bagian atap candi. Stupa pada bagian atap bangunan candi, relief serta arca dewa yang ditemukan pada candi menjadi bukti kuat bahwa candi ini berlatar belakang agama Buddha.
Anda bisa mengunjungi bangunan candi yang indah nan megah ini di kawasan Sleman, Yogyakarta, hanya dengan membayar sebesar Rp 2,000 saja untuk tiket masuknya. Candi Sari bisa menjadi tambahan destinasi wisata sejarah pada daftar wisata Yogyakarta Anda selain Candi Prambanan, Candi Borobudur atau Candi Kalasan.
advertisement
Tag :
wisata sejarah
0 Komentar untuk "Menelusuri Jejak Sejarah Nusantara: Candi Sari"