advertisement
Candi Jiwa, Saksi Sejarah Nusantara di Karawang - Karawang memang terkenal dengan sebutan lumbung padi nasional, atau saksi sejarah kemerdekaan Indonesia yaitu rumah pengungsian Presiden pertama Indonesia, Soekarno saat diculik golongan pemuda yang mendesaknya untuk segera memproklamirkan kemerdekaan di Rengas Dengklok. Rumah yang disinggahi Soekarno itu kini masih bisa Anda lihat di dekat pasar Rengas Dengklok. Namun tahukah Anda jika Karawang ternyata menjadi saksi bisu sejarah Nusantara dari masa prasejarah hingga saat kerajaan Tarumanegara berjaya di tanah Sunda. Beberapa tahun silam, Indonesia sempat dikejutkan dengan ditemukannya dua situs yang menceritakan sejarah masa klasik di Karawang, yaitu situs Batujaya dan Cibuaya. Tempat di mana Candi Jiwa dan Candi Blandongan ditemukan.
Pada tahun 1984, tim arkeolog dari Universitas Indonesia melakukan penelitian di situs Batujaya. Penelitian dilakukan setelah adanya laporan ditemukannya benda-benda purba di sekitar gundukan yang terdapat di tengah-tengah sawah. Gundukan-gundukan tanah yang banyak berada di kawasan persawahan masyarakat setempat itu kemudian disakralkan dan disebut sebagai unur atau onur. Hingga tahun 2000, ditemukan 11 buah candi termasuk Candi Jiwa dan Candi Blandongan. Sampai saat ini, masih banyak gundukan-gundakan yang sedang digali dan diteliti oleh arkeolog. Diduga masih banyak situs candi yang tertimbun tanah di desa Segaran, kecamatan Batu Jaya, Karawang ini.
Candi Jiwa merupakan salah satu candi yang masih lebih utuh dibanding beberapa candi lain yang hanya reruntuhan bangunan saja, yang termasuk dalam komplek percandian Batu Jaya.
Nama 'Jiwa' itu sendiri berasal dari penduduk setempat karena konon katanya, jika menambatkan kambing gembalaan pada candi ini, kambing tersebut akan mati. Bentuk Candi Jiwa tidak seperti beberapa candi yang Anda jumpai di Yogyakarta atau kawasan Jawa Tengah lainnya. Candi Jiwa berbentuk kotak dengan luas 19 x 19 m dan tinggi 4,7 m, dan dibangun dari batu bata berbagai ukuran. Batu bata yang digunakan merupakan batu bata tradisional yang dibakar secara manual, sehingga terlihat lebih gosong dari batu bata yang sekarang beredar. Di bagian atas bangunan candi ini, terdapat semacam lingkaran yang diduga merupakan bekas stupa atau patung Buddha.
Candi yang tidak begitu tinggi ini tidak memiliki tangga, sehingga sering disebut seperti stupa yang berada di atas bunga teratai yang mengapung di atas air. Hal ini juga sesuai dengan struktur bagian atas bangunan yang mirip bunga padma atau bunga teratai. Untuk mendekati candi ini, Anda harus turun sedalam 1 m. Tak heran candi ini dulunya terkubur di dalam tanah. Di Candi Jiwa ini, tak jarang umat Buddha melakukan ritual dengan mengitari candi searah jarum jam. Jalan setapak yang mengelilingi candi dipakai mereka untuk berjalan mengitari candi.
Candi yang tidak begitu tinggi ini tidak memiliki tangga, sehingga sering disebut seperti stupa yang berada di atas bunga teratai yang mengapung di atas air. Hal ini juga sesuai dengan struktur bagian atas bangunan yang mirip bunga padma atau bunga teratai. Untuk mendekati candi ini, Anda harus turun sedalam 1 m. Tak heran candi ini dulunya terkubur di dalam tanah. Di Candi Jiwa ini, tak jarang umat Buddha melakukan ritual dengan mengitari candi searah jarum jam. Jalan setapak yang mengelilingi candi dipakai mereka untuk berjalan mengitari candi.
Jika Anda masih tertarik melihat saksi sejarah masa klasik di sini, Anda bisa melanjutkan perjalanan sejauh 400 meter menuju candi satu lagi di komplek percandian Batu Jaya ini, yaitu Candi Blandongan. Ikuti saja jalan beton yang mengarah ke sana dari Candi Jiwa. Candi Blandongan sendiri kurang lebih sama bentuknya dengan Candi Jiwa. Hal yang paling membedakan adalah Candi Blandongan memiliki tangga, namun Anda tidak akan diperbolehkan untuk menaiki tangga tersebut.
Di dekat candi ini, Anda bisa menemukan seperti reruntuhan bangunan dari bata. Itu adalah sisa bata yang belum dirapikan pada Candi Blandongan, karena memang Candi Blandongan belum sepenuhnya selesai dipugar. Untuk dapat melihat Candi Jiwa dan Candi Blandongan, Anda cukup membayar Rp 5,000 per orang. Jika Anda akan mengunjungi komplek percandian Batu Jaya ini, sebaiknya bawalah topi dan berpakaian tertutup, karena sengatan matahari khas Karawang bisa membuat Anda gosong seperti batu bata di Candi Jiwa dan Blandongan!
Di dekat candi ini, Anda bisa menemukan seperti reruntuhan bangunan dari bata. Itu adalah sisa bata yang belum dirapikan pada Candi Blandongan, karena memang Candi Blandongan belum sepenuhnya selesai dipugar. Untuk dapat melihat Candi Jiwa dan Candi Blandongan, Anda cukup membayar Rp 5,000 per orang. Jika Anda akan mengunjungi komplek percandian Batu Jaya ini, sebaiknya bawalah topi dan berpakaian tertutup, karena sengatan matahari khas Karawang bisa membuat Anda gosong seperti batu bata di Candi Jiwa dan Blandongan!
advertisement
Tag :
wisata sejarah
0 Komentar untuk "Candi Jiwa, Saksi Sejarah Nusantara di Karawang"